Penddidikan Yang Tak Membangun

Rabu, 13 Juli 2011
Ada 7 kata kunci yang berkaitan dengan pendidikan, yakni; sekolah ,belajar ,nilai, lulus, sukses dan kehidupan.Wadah pendidikan secara formal adalah sekolah. Disinilah tempat orang belajar untuk bisa membangun kehidupan yang sukses. Adapun kesuksesan awal yang harus diraih kenaikan kelas dan atau kelulusan. Syarat kenaikan dan kelulusan adalah nilai yang layak. Nilai yang jelek atau tidak layak kan membuat seorang peserta didik tidak naik atau tidak lulus. Predikat tidak naik dan tidak lulus sesuatu yang menakutkan, karena berbagai dampak negatif akan muncul seperti dampak psikologis (malu,putus asa), sosiologis (cemooh,kehilangan teman) dan dampak ekonomis (kerugian biaya).


Kemudian apa yang terjadi  agar kita bisa naik kelas atau lulus ? banyak dari peserta didik berusaha mengejar nilai dengan cara-cara yang tidak sehat(tidak baik); kalau mengerjakan PR hanya copy-paste, ulangan atau ujian tanya kiri-kanan atau nodong dengan berbagai modus. Yang lebih menyedihkan untuk saat ini khsusnya dinegeri kita, karena kelulusan sekolah disyaratkan harus lulus Ujian Nasional, maka timbulah rasa khawatir di berbagai kalangan yaitu takut peserta didiknya tidak lulus. Lalu apa yang terjadi kemudian ? mereka pihak-pihak yang berkepentingan tadi berusaha membantu peserta didik dengan berbagai cara,seperti; menghapus jawaban yang salah pada ljk(lembar jawaban khusus),seting tempat duduk, memberi kunci jawaban dll.

Dari situ dapat kita lihat, sekarang yang melakukan penyimpangan bukan hanya peserta didik.Sadarkah ? bahwa semua itu menggambarkan pendidikan yang tak membangun. Ada kesan menyelamatkan nasib peserta didik, menolong siswa dan orangtua, benarkah ?. Apa tidak sebaliknya, hal seperti itu justru menghancurkan masa depannya. Jangan lupa! coba kita ingat kembali apa tujuan belajar , tujuan sekolah atau tujuan pendidikan itu ?. Belajar atau sekolah  itu untuk membangun diri menjadi manusia yang berkualitas.Jika seorang peserta didik berhasil menjadi seorang yang punya kualitas, tentu  dengan potensinya dia bisa membangun kehidupanya dan bahkan keluarga,llingkungan dan bagi negaranya.

Coba kita buka kembali dokumen tentang  fungsi dan tujuan pendidikan nasional; " Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa,bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia,sehat, berilmu,cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung-jawab ". Dapat dismpulkan, dengan sekolahatau dengan belajar kita berusaha untuk membangun potensi dengan disertai watak/karakter yang baik serta landasan agama yang kuat.

Pendidikan dan sistem pendidikan yang keluar dari konsep tersebut atau hanya berorientasi kepada kuantitas saja ( nilai angka ) apalagi dengan cara-cara yang menyimpang, tentu hanya akan melahirkan manusia-manusia pintar tapi tak bermoral. Inilah yang kemudian dikatakan para pengamat, kenapa Indonesia tidak banyak mengalami kemajauan diberbagai bidang kehidupan dibandingkan dengan negara tetangga, padahal di neri kita ini banyak orangt-orang pintar, yah.jawabnya" pendidikan kita ini baru berhasil melahirkan banyak  lulusan dan belum mampu mencetak lulusan yang berkarakter". Lihatlah buktinya!, para koruptor kelas kakap kebanyakan mereka  adalah kaum intelektual, sindikat atau mafia hukum dan lainnya  kita yakin bukan orang tak berpendidikan. Apalagi berbicara teroris, ternyata mereka adalah output sebuah lembaga dan sistem pendidikan. Ternyata mereka mantan manusia sekolahan, bahkan sebagaian katagori berprestasi akademik yang tinggi.,tapi tak berkarakter(bermoral).

Tertarik dengan sebuah ungkapan" When wealth is lost, nothing is lost.When health is lost,something is lost,but when character is lost,evrything is lost", Bila harta-benda hilang,sebenarnya tidak ada yang hilang. Bila kesehatan hilang,ada sesuatu yang hilang,tetapi jika karakter kita hilang, kita akan kehilangan segala-galanya.Dari ungkapan tersebut ternyata membangun karakter jauh lebih berharga dari pada kesehatan dan harta benda atau dengan kata lain" membangun kartakter harus jadi prioritas pertama dan utama,kedua baru kesehatan dan yang terakhir baru matei (kebendaan)".Maka bagi siapapun khususnya bagi orangtua, guru atau para pendidik dan pihak-pihak yang berhubungan dengan pendidikan, membangun karakter haruslah menjadi bagian terpenting.Ayo kita buka mata kembali, sadarkan diri mari dirikan  pendidikan yang membangun diri,kehidupan dan kebangsaan.Pendidikan karakter merupakan tugas utama pendidikan, atau sasaran utama pendidikan adalah membangun karakter, bahkan Herbert Spencer seorang filsuf Inggris(1820-1903) menyatakan"The great aim of education is not knowledge but action ", tujuan utama pendidikan bukanlah pengetahuan tapi penampilan atau tindakan (Sumarno Sudarsono/Membangun Kembali Jati diri Bangsa/2010).
.
Wahai anak bangsa, pengetahuan itu penting bahkan ada ungkapan" knowlde is power", tapi ingat ada yang lebih penting yaitu bagaimana kita berusaha membangun karakter. Kriteria keberhasilan belajar yang penting bukanlah berapa nilai setiap mata pelajaran/kuliah yang kita dapatkan, tetapi seberapa besar perubahan sikap prilaku  kita" adakah yang berubah dan yang bertambah pada diri kita". Bagaimana dengan disiplin kita, kerja keras dan daya juang kita, keikhlasan dan kesabarannya, inisiatip dan kreativitasnya, kepekaan dan kepedulian kita, kejujuran dan keterbukaan kita, toleransi dan kebersamaan kita serta yang lainnya. Sudahkah hal itu terbangun pada diri kita ?, mana yang perlu ditingkatkan atau mana yang perlu diperbaiki. Penampilan yang tercermin dalam  sikap dan tindakan yang terpuji adalah buah dari karakter yang kuat.

Tidak usah kecewa, bagi peserta didik yang sehari-harinya dalam proses belajar memperoleh nilai yang pas-pasan, selama kita memiliki karakter yang terpuji. Kita yakin pada akhirnya akan berbanding lurus dengan perolehan nilai dan penghargaan lainnya. Sekali lagi, apalah artinya nilai tinggi atau prestasi akademik baik tapi sikap dan prilakunya buruk. Ingat nanti segalanya  justru akan hilang( tak berguna dan tak bermakna). Steaven Spilbergh, seorang sutradara kawakan Hollywood dan Collin Powel seorang mantan Menham Amerika Serikat masa Bill Clinton. Mereka saat sekolahnya bukanlah anak-anak pandai(biasa-bviasa saja), tapi karena punya karakter yg bagus, mereka bisa jadi orang besar(sukses).Seorang yang bernama George Hilton, sekarang adalah pengusaha hotel dunia, dulunya tidak pernah menikmati pendidikan di sekolah dasar(SD), tapi karena semangat dan daja juang yang tinggi untuk belajar walaupun tidak sekolah, dia bisa menglahkan anak-anak yang sekolah.

Hal penting yang harus dipahami oleh anak-anak bangsa khususnya peserta didik, kita bisa belajar tanpa guru- selama kita memiliki kemauan keras dibuktikan dengan belajar keras. Belajar itu harus disiplin, penuh inisiatip dan kreativ. Seorang peserta didik yang berkarakter akan dicerminkan dengan kesibukannya ; mencari, menggali, mengolah dan menggunakan pengetahuan atau informasi. Dengan kata lain dia aktip terlibat dalam setiap proses belajar, dia selalu berusaha bukan sekedar menambah pengetahiuan/hafal, tetapi berusaha untuk selalu bisa memahami/mengerti. Yang lebih tinggi lagi, sampai mampu melahirkan gagasan atau inovasi yang penting baik buat dirinya atau untuk kepentingan orang lain.Prestasi belajar yang berharga, bisa dilihat dari karyanya, bukan dari penghargaannya. Semakin banyak karyanya, mencerminkan prestasinya sudah kelihatan. Jangan bangga dengan penghargaan, penghargaan bisa diperoleh tanpa karya. Sama saja seperti yang terjadi pada jaman sekarang, kita bisa dapat ijazah S1 tanpa kuliah, dapat piala tanpa ikut lomba.