Dengan energi mudaku aku harus melangkah pasti menuju masadepan
Ada yang mengatakan bahwa suatu kemajuan bangsa akan sangat tergantung kemajuan pendidkannya . Lihatlah Jepang bisa bangkit dengan cepat dari kehancuran, akibat serangan sekutu terhadap dua kota pentingnya yaitu Hirosima dan Nagasaki tahun 1942 .Menurut informasi yang saya dengar setelah kehancuran negerinya oleh sekutu,
Jepang memulai pembangunan kembali dengan memprioritaskan pendidikan. Sisa modal yang ada ( anggaran ) diutamakan untuk membiayai pendidikan. Seluruh anak bangsa di infentarisir, kemudian diklasifikasikan menjadi kelompok anak bangsa yang jenius, kelompok anak bangsa pintar(sedang) dan kelompok berkemampuan rendah.. Kemudian apa yang dilakukan Jepang terhadap mereka? Orang-orang pintar di kirim sekolah ke luar negeri untuk belajar teknologi dll , secara terselubung mungkin selain belajar juga mencuri rahasia kemajuan bangsa maju (Eropa dan Amerika). Kelompok kedua (orang-orang pintar) disekolahkan di dalam negeri dan kelompok bawah dilatih dengan berbagai keterampilan. Mereka yang pulang sekolah dari luar negeri, mereka wajib menularkan pengetahuan dan kemampuannya kepada kelompok dua. Didukung dengan budaya kerja keras dan daya juang yang tunggi dari orang Jepang, kemudian benar-benar sebuah kejutan bisa bangkit dari kelumpuhan ekonomi ; mulai berdiri, berjalan pelan-pelan,sedikit berlari, lalu... berlari. Dan sampailah ke podium keberhasilan , membuat peserta atletik lain bengong !
Bagaimana dengan negeri kita, yang merdeka sejak tahun 1945 ? Mulai era
Soekarno sampai era Soeharto, Habibie, Megawati dan SBY. Pembangunan di negeri ini lebih mempriotitaskan pembangunan politik dan ekonomi. Bagaimana hasilnya ? Dari politik baru kelihatan pertumbuhan partai dan gonta-ganti pengurus dan peserta politik loncat indah.
Tidak banyak dihasilkan politikus - negarawan, politikus- pejuang. Sebagian polikus, haus wanita, kekayaan dan kekuasaan. Dari sisi ekonomi, baru kelihatan
jumlah utang luar negeri yang makin besar,sumber energi bumi(minyak khususnya) sudah semakin menipis, harga-harga kebutuhan pokok semakin mahal, tetapi kemamampuan daya beli masyarakat justru menurun.
Masa Pemerintahan SBY ada tanda-tanda lebih memperhatikan pendidikan dengan lahirnya
UU Sisdiknas NO 20 tahun 2003 dan UU no 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen. Perhatian utama terletak adanya anggaran 20 % dari APBN dan tunjangan sertifikasi. Tapi.... perhatian ini masih nampak juga bersifat politis, sebab kenyataan dilapangan anggaran yang turun melalui BOS itu ternyata tidak lancar. Sertifikasipun bagi yang sudah lulus baru bisa terima 6 bulan -1 tahun ke depan.Alhasil,
manfaatnya belum mampu membantu kesulitan hidup guru-guru. Tardisi mendarah daging terus berkembang, tambal sulam (gapleh) ke Bank tetap dijalani. Begitu cair sertifikasi, habis pakai bayar utang.
Kembali kita bicara bagaimana tentang negeri kita setelah merdeka 1945 ?
Mari Kita pelajari catatan-catatan sebagai berikut:
- Hasil survey Word Competitiveness Year Book tahun 2007; pendidikan di Indonesia no 53 dari 55 negara.
- UNDP (PBB), data 2007; peringkat daya saing ( kualitas SDM ) HDI Indonesia ke 107 dari 177 negara.
- Indeks daya saing global-catatan The global Competitiveness(2010) GCI dari 139 negara-Indonesia ke 44 , Singapore ke 3, Malayasia ke 26, Brunai(28) dan Thailand ke 38.
- Catatab Word University Rangking (2004) dari 500 Perguran Tinggi dunia hanya 4 Perguruan Tinggi di Indonesia yang masuk rengking; UI ke 236, UGM(321),ITB(421 dan UNAIR ke 466.
Dari data tersebut, bisa kita lihat potret pendidikan di Indonesia seperti apa , apalagi bicara kualitasnya. Sebagian dapat kita lihat kondisi Indonesia saat ini;
data BPS tahun 2008 mencatat 2283 desa terjadi tawuran ; mulai tawuran antar pemuda,antar suporter, antar desa sampai tawuran antar pelajar dan mahasiswa. Catatan BNN tahun 2008 pengguna narkoba di Indonesia sebanyak 3,62 juta orang dan dari angka tersebut sebanyak 1.353 juta adalah pelajar dan mahasiswa.Dari sumber Ruang Hati Com(31 Mei 2009) pada tahun 2020 perokok di Indonesia bisa mencapai 160 juta orang. 47 % pelajar di Jakarta adalah perokok.
Banyak pengamat mengatakan, penyebab potret di Indonesia seperti ini adalah karena
kegagalan pendidikan di Indonesia. Pendidikan di Indoensia terlalu senang meniru sitem negeri lain tanpa mempertimbangkan kelayakannya dan efektifitasnya.
Pendidikan di tanah air ini belum memiliki jati diri , kita terlalu memaksakan ingin seperti orang lain tanpa melihat kemampuan , latar belakang dan sejarah bangsa ini. Sesuatu yang bagus di orang lain... ingat ! ! belum tentu cocok buat kita.
Berkarya dengan ide dan kreativitas sendiri walaupun dengan tingkat yang sederhana, jauh lebih berharga dari pada bagus tapi hasil meniru .Saya tudak tahu sustem apa ? pendidikan era Soekarno dan awal ordebaru...amat terasa hasil penddikannya.Output pendidikan tempo dulu rasanya banyak menghasilkan orang-orang hebat. Bagaimana sekarang ?
sekarang.....ya.. lihatlah Indonesia saat ini
Jika pendidikan yang disoroti, maka banyak mata memandang kepada sosok guru dan orangtua. Artinya, kehancuran anak bangsa sekarang ini akibat kegagalan guru dan orangtua mendidik anaknya. Berbicara dari sisi guru, dengan
kurikulum sekarang guru harus berbuat bertorientasi kepada ketercapaian adminstrasi , materi dan nilai UN. Akibatnya proses pembelajarannya bukan bagaimana membangun peserta didik menjadi manusia yang punya pandangan , sikap dan keterampilan hidup untuk menjalani kehidupan dan memasuki masadepannya.
Guru hanya sibuk memberikan materi pelajaran dan bagaimana caranya agar peserta didik mencapai KKM atau diatas KKM dan standar kelulusan. Akibatnya dalam benak siswa/lulusan hanya ada bilangan saja... berapa saya harus bayar agar saya dapat kunci jawaban?... berapa saya harus sediakan uang agar lulus tes CPNS?...berapa harus ada uang agar saya jadi ketua Parpol.. agar bisa jadi anggota DPR.. agar menang dalam pilkada , keluar dari penjara ....dan... dan... dan... seterusnya. Orangtuapun hanya disibukan membantu anaknya mengerjakan PR. Tidak aneh juga, kalau kemudian output pendidikannya -di pikiran lulusan hanya ada
Aduh..gimana yah !! pusing tujuh keliling memikirkan bagaumana agar negeri ini berubah.. maksudnya berubah mengalami kemajuan. kalau berubah tambah hancurnya gak usah ngomong lagi. Begini.... baiknya, sekarang kita kosentrasi untuk membuat'
Gerakan Anti Kebodohan dan Kemiskinan". Ini jauh lebih penting daripada" Gerakan anti Rokok,Narkoba dan Aids", atau "Gerakan Menanam Satu Milyar Pohon". Ayo gaungkan gerakan anti kebodohan dan kemiskinan dengan kebijakan dan program yang serius tdak setengah-setengah, jangan bersifat politis - tapi realistis-konkrit. Semua kalangan ikut bertangung-jawab, ikut berpatisipasi, gerakannya seperti gerakan kalau ada kebakaran dan bencana. Sekali lagi
Gerakan Anti Kebodohan dan Kemiskinan" ; mulai dari warga, tokoh masyarakat, tokoh politik, pengusaha dan pejabat, mari bersama-sama lakukan
action untuk membangun era baru-era kebangkitan Indonesia.Dari langkah yang paling pundamen,
tumbuhkan motivasi, semangat , kerja keras ,belajar keras, iinisiatip, kreatif , displin daya juang yang tinggi meraih cita-cita ( keinginan/harapan ).Mari semua tumbuhkan tanggung-jawab membangun anak bangsa dengan
orientasi bebaskan dari kebodohan dan kemiskinan. Orientasi kepentingan bangsa bukan hanya kepentingan pribadi , kelompok atau golongan.
Dengan terwujudnya bangsa yang pandai, diharapkankan kita dapat menentukan sikap yang tepat, bahwa suatu hal itu perlu dilakukan atau tidak, perlu di coba atau di abaikan. Penyimpangan-penyimpangan sosial yang sebelumnya sering terjadi, semoga kemudian beralih kepada suasana tertib sosial. Karena sekarang rakyat rata-rata sudah memiliki penghasilan yang cukup, meski tidak jadi pengusaha dan pejabat. Oh... indahnya negri ini , jalan hidup nampak jelas.. aku tahu apa yang harus kulakukan dan apa yang harus kuhindari.
Suasana saling hargai, saling membantu, saling melayani bahkan saling menguntungkan benar-benar suatu tardisi baru tercipta. Pejabat kaya - rakyat sejahtera, pengusa untung - karyawanan senang, pemimpin punya kursi empuk - bawahan dapat karpet empuk.